PENERAPAN BLENDED LEARNING
PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA dan FISIKA DASAR DI PERGURUAN TINGGI
MAKALAH
oleh :
ROSMIATI ( 117795030)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA
S2 PENDIDIKAN SAINS
2011
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan petunjuk-Nya, serta berkat rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “Penerapan Blended Learning pada Pembelajaran Fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi” yang berisikan tentang penjelasan yang berhubungan dengan pembelajaran tatap muka yang dikolaborasikan dengan e-learning.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk kita semua, terutama untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang penerapan blended learning di SMA dan Perguruan Tinggi.
Penulis menyadari makalah kami masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun dari para pembaca kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Surabaya, Desember 2011
Penulis
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ditengah-tengah kehidupan saat ini merupakan suatu kenyataan baru bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran di negeri ini. Telah diketahui bersama bahwa, sekian juta jiwa masyarakat kita dari segala tingkatan usia dan kedewasaan yang ada telah dapat menggunakan dan memanfaatkan keberadaan TIK. Hal ini sebagaimana kita dapat perhatikan dengan hadirnya konsep dan aplikasi yang berupa e-government, e-commerce, e-community, e-learning dan lain sebagainya.
Jaringan sosial merupakan suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain sebagainya. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J. A. Barnes di tahun 1954.
Salah satu permasalahan yang sering dialami seorang guru dan Dosen yang mengasuh pelajaran tingkat lanjut adalah ketidak seragaman dasar pengetahuan yang dimiliki siswa dan Mahasiswa. Pada proses pembelajaran, seringkali guru dan Dosen merasakan ada sebagian siswa dan Mahasiswa yang masih sangat kurang pada materi-materi tertentu sedangkan sebagian lainnya sudah sangat menguasai materi tersebut. Sebagai jalan tengah, banyak guru dan Dosen yang sedikit mereview materi-materi yang dianggap penting tapi kurang dikuasai oleh sebagian siswa dan Mahasiswa tersebut. Hal ini juga sering terbawa ke dalam buku-buku teks dan hand out materi pelajaran dan mata kuliah. Bagi siswa dan Mahasiswa yang sudah menguasai materi tersebut, pengulangan ini dirasakan membosankan dan membuang waktu saja. Tapi bagi mereka yang masih belum memahami, pengulangan yang hanya bersifat review ini sering kali dirasakan masih sangat kurang.
Perkembangan dunia teknologi saat ini telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Seiring dengan perkembangannya teknologi ini, dunia pendidikan pun harus mengalami perkembangan. Banyak cara yang dapat digunakan di dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan manfaat dari teknologi informasi. Lembaga pendidikan yang makin berkualitas, bahkan bertaraf internasional.
Persaingan dalam bidang pendidikan pun banyak ditemui, tetapi persaingan ini dilakukan secara sehat agar dapat menghasilkan siswa dan mahasiswa yang memliki potensi besar yang memajukan bangsa. Salah satu bentuk persaingan yang ada diantaranya adalah penggunaan teknologi itu sendiri.
Situasi seperti saat ini mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan berbagai macam sistem pendekatan dalam strategi pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Sistem ini dikenal dengan istilah blended learning yang memadukan antara pembelajaran tatap muka, pembelajaran Blended Learning offline maupun online dan pembelajaran m-learning. Melalui blended learning sistem pembelajaran menjadi lebih luwes, dan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami mengkaji penerapan blended learning pada sekolah lanjut dan menyajikannya dalam bentuk makalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka pada makalah ini akan dibahas permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kajian definitif dan konsep blended learning?
2. Bagaimanakah perkembangan kognitif siswa SMA dan Mahasiswa dalam kaitannya dengan blended learning?
3. Bagaimanakah penerapan blended learning pada pembelajaran Fisika SMA dan Fisika Dasar perguruan tinggi ?
4. Bagaimanakah implikasi penerapan blended learning pada pembelajaran Fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan tinggi?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kajian definitif dan konsep blended learning.
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa SMA dan Mahasiswa dalam kaitannya dengan blended learning.
3. Bagaimanakah penerapan blended learning pada pembelajaran Fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi.
4. Untuk mengetahui implikasi penerapan blended learning pada pembelajaran fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi.
D. Batasan Masalah
Pada kajian literatur dan pembahasan dalam makalah ini ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan sebagai batasan masalah.
1. Peserta didik pada makalah ini yaitu siswa pada jenjang pendidikan formal, seperti SD, SMP, dan SMA.
2. Peserta didik mahasiswa Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Pada Mata kuliah Fisika Dasar 1 dan 2
3. Pada perkembangan kognitif peserta didik hanya membahas tentang perkembangan kogniti siswa SMA dan Mahasiswa semester 1 dan 2 menurut teori Jean Piaget.
4. Contoh penerapan blended learning pada makalah ini hanya meliputi materi medan Listrik kelas XII SMA dan Dan Materi Medan Listrik Mata kuliah Fisika Dasar 2 semester 2 .
5. Pada lampiran, pengembangan rancangan pembelajaran berbasis blended learning yaitu dengan menonjolkan beberapa aspek pemanfaatan media dan belum dapat dirujuk sebagai contoh pengembangan rancangan pembelajaran fisika SMA yang baik dan Rancangan Pembelajaran Materi Medan Listrik pada Mata kuliah fisika dasar 2 semester 2 fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam .
A. Kajian Definitif dan Konsep Blended Learning
Blended Learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran atau kombinasi yang baik, sedangkan learning merupakan pembelajaran.Model Blended Learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual. Menurut Semler (2005):
“Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-to-face activities, and real world practice. Online learning systems, classroom training, and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The blended learning approach uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses.”
Blended learning merupakan suatu upaya untuk menggabungkan kegiatan belajar konvensional (tatap muka) dengan belajar menggunakan komputer atau perlengkapan elektronik berdasarkan petunjuk dari pendidik dimana materi dapat berbentuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar konvensional. Sebagai contoh, kegiatan proses belajar mengajar secara konvensional yang biasa dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan didalam kelas dapat dirubah menjadi 5-6 kali tatap muka dan 1 kali tatap muka berupa pertemuan online dan hal ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar mengajar yang ada.
E-learning sering kali dibandingkan dengan pembelajaran tradisional yang menggunakan tatap muka (face to face). Tetapi pada prinsipnya akan lebih berarti ketika e-learning digunakan bersama-sama dengan pembelajaran tradisional secara harmonis yang bisa diakses kapan saja, di mana saja 24 jam sehari, 7 hari seminggu untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang yang demikian disebut blended learning.
Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning (pembelajar). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada pembelajaran yang mengombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline), (Dwiyogo, 2011).
Menurut Thorne (2003) dalam Purtadi (2011), blended learning adalah perpaduan dari: teknologi multimedia, CD ROM video streaming, kelas virtual, voicemail, email dan telepon conference, animasi teks online dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan satu-satu. Blended learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi juga gaya si pembelajar.
Perlunya dan signifikansi blended leaning terletak pada potensialnya. Blended learning merepresentasikan keuntungan yang jelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang memberikan pembelajran yang tepat pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pada setiap individu. Blended learning menjadi batasan yang benar-benar universal dan global dan membawa kelompok pembelajar bersama-sama melintas budaya dan zona waktu yang berbeda. Pada konteks ini blended learning dapat menjadi salah satu pengembangan paling signifikan pada abad 21.
Menurut MacDonald (2008) dalam Purtadi (2011), istilah blended learning biasanya berasosiasi dengan memasukkan media online pada program pembelajaran, sementara pada saat yang sama tetap memperhatikan perlunya mempertahankan kontak tatap muka dan pendekatan tradisional yang lain untuk mendukung siswa. Istilah ini juga digunakan saat media asynchronous seperti email, forum, blog atau wikis digabungkan dengan teknologi, teks atau audio synchronous.
Bersin (2004) dalam Purtadi (2011), menjelaskan bahwa blended learning adalah kombinasi berbagai media pembelajaran yang berbeda (teknologi, aktivitas, dan berbagai jenis peristiwa) untuk menciptakan program pembelajaran yang optimum untuk audiens (siswa dan mahasiswa) yang spesifik. Istilah blended sendiri berarti bahwa pembelajaran tradisional di dukung dengan format elektronik yang lain. Program blended learning menggunakan berbagai bentuk e-learning, mungkin digabungkan dengan pelatihan yang terpusat pada instruktur dan format langsung lainnya.
Wilson & Smilanich (2005) dalam Purtadi (2011), menyimpulkan bahwa Blended learning adalah penggunaan solusi pelatihan yang paling efektif, diterapkan dalam cara yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah berkembangkanya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Bersin (2004) dalam Dwiyogo (2011), menggambarkan sejarah blended learning yang berkembang di dunia pelatihan pada awalnya juga seperti yang dilakukan pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan kegiatan pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama (tidak sinkron). Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap menggunakan basis komputer tetapi daya jangkaunya menjadi lebih luas melintasi pulau dan benua karena perkembangan teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan dilakukan pengebarannya melalui CD ROM dan internet. Saat ini pelatihan menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dengan konsep kombinasi (blended).
Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu :
a. Peningkatan bentuk aktivitas tatap-muka (face to face). Banyak pengajar menggunakan istilah blended learning untuk merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktifitas tatap-muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (web-supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.
b. Hybrid learning: pembelajaran model ini mengurangi aktivitas tatap-muka (face to face) tapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara online.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka secara umum karakteristik blended learning adalah sebagai berikut.
• Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.
• Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.
• Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
• Guru dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Berdasarkan hasil studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah interaktivitas langsung antara pembelajar dengan instrukturnya. Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta memerlukan feedback dari pengajar dan sebaliknya sang pengajar juga memerlukan feedback dari pesertanya. Dengan cara ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif,dan tepat sasaran.
Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Bisa dari sekolah, rumah, maupun di kafe asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. Peserta didik tentu membutuhkan teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang dirasakan dalam training konvensional di ruang kelas.
Kendala lanjutan dari e-learning adalah menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Meskipun buat seorang pembelajar sejati itu bukanlah alasan, namun fakta menunjukkan, orang tidak bisa bertahan lama belajar di depan komputer.
Pada penerapam blended learning, e-learning dapat digunakan dalam berbagai fungsi yang dapat meningkatkan proses pembelajaran, diantaranya:
· Mempersiapkan proses pembelajaran secara tatap muka
· Memberikan fasilitas agar peserta didik dapat belajar lebih dalam tentang suatu pokok bahasan/topik,
· Menyediakan media alternatif lain selain buku yang dapat diakses dimanapun,
· Menyediakan media untuk interaksi diluar kelas, antara pendidik dan peserta didik, baik melalui forum, chating ataupun email,
· Melalui LMS manajemen proses belajar dan mengajar dapat di kelola dengan memanfaatkan TIK sehingga pengelolaan dapat lebih efektif dan efisien.
B. Perkembangan Kognitif Siswa SMA dan Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Blended Learning
Pada struktur teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SMA dan Mahasiswa telah memasuki tahap operasi formal yaitu pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, kemampuan siswa dan mahasiswa sudah berada pada tahap berpikir abstrak. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang mungkin terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operasional mampu memformulasikan semua kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi berdasarkan kemampuan berpikir analitis dan logis.
Siswa dan Mahasiswa pada jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi berada pada tahapan operasional formal. Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, pada tahap operasional formal muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional kongkrit.
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual (kognitif) yaitu: kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), pengalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibrium) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation). Menurut Erikson dalam Yuli (2010) seseorang pada usia 12-18 lebih tertarik melakukan pekerjaan yang mengungkap potensi dan peranannya dalam suatu kelompok.
Menurut Yuli (2010) dengan karakteristik dan perkembangan kognitif siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk turut aktif dan mendapatkan pengalaman belajar langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif siswa SMA dan Mahasiswa di atas, maka guru dan Dosen perlu menyesuaikan antara penerapan blended learning dengan perkembangan kognitif peserta didiknya. Dengan demikian, diharapkan penerapan blended learning dapat sesuai dengan kebutuhan siswa dan mengoptimalkan hasil belajar siswa.
C. Penerapan Blended Learning pada Pembelajaran Fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi
Tujuan penerapan blended learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktif sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal. Blended Learning dibutuhkan pada saat metode pengajaran jarak jauh tidak begitu dibutuhkan. Proses pengajaran blended learning ini dibutuhkan pada saat peserta didik membutuhkan penambahan pelajaran.
Blended learning dibutuhkan pada situasi dan kondisi sebagai berikut.
a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.
b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan peserta didik.
c. Peserta didik dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.
d. Membantu proses percepatan pengajaran.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini (Fitria, 2011).
Disamping tujuan-tujuan diatas, penerapan blended learning juga mempunyai tujuan sebagai berikut.
a. Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
b. Menyediakan peluang yang praktis dan realistis bagi guru dan peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.
c. Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan pembelajaran online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan peserta didik dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama peserta didik memiliki akses internet,
Menurut Jared M. Carmen dalam Fitria (2011), seorang President Aglint Learning menyebutkan lima kunci dalam mengembangkan blended learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
1. Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
Pada pembelajaran fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi, misalkan pada materi medan Listrik, maka guru dan Dosen harus tetap melakukan aktivitas pembelajaran tatap muka secara intens sesuai jadwal untuk menyelesaikan keseluruhan materi sirkulasi darah manusia sesuai SK dan KD. Disamping itu, guru dan dosen juga dapat mengembangkan desain pembelajaran tatap muka secara online (virtual classroom). Namun demikian, tantangan bagi guru dan Dosen adalah mendesain pembelajaran tatap muka secara online ini supaya dapat berlangsung secara efisien, misalnya dengan menyajikan atau menautkan beberapa video online tentang medan Listrik
2. Self-Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai bahan belajar yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun via mobile device dalam bentuk: streaming audio, streaming video, e-book, dan lain sebagainya) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dan lain sebagainya).
Pada pembelajaran fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi, misalnya pada materi medan listrik, guru dan dosen perlu mendesain dan mengembangkan sumber belajar online dan offline bagi siswa. Sumber belajar tersebut misalnya adalah video dan animasi yang disajikan dalam paket pembelajaran online dan offline.
3. Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta belajar atau kolaborasi antara peserta belajar dan pengajar melalui peralatan komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dan lain sebagainya.
Pada pembelajaran fiska SMA, misalnya pada materi sistem peredaran darah manusia, guru dapat menggunakan fasilitas online, misalnya facebook, twitter, atau skype untuk membentuk suatu komunitas belajar yang terkontrol. Dalam hal ini, tantangan bagi guru adalah membuat jadwal pertemuan online dengan seksama dan memastikan seluruh peserta didik dapat online sesuai jadwal. Contohnya, guru mengembangkan tema diskusi tentang arus dan hambatan listrik pada jadwal yang telah disepakati dengan peserta didik.
4. Assessment
Tentu saja, dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessmen). Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk proyek, produk, dan lain sebagainya. Disamping itu, juga perlu mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.
Pada pembelajaran fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi, misalnya pada materi medan listrik, guru dan Dosen dapat mengembangkan assessmen secara online sebagai pendamping assessmen tatap muka. Dengan demikian, maka guru dapat mengetahui keberhasilan belajar peserta didik berdasarkan pada berbagai macam media yang telah dikembangkan oleh guru. Misalnya, guru dapat mengevalusi belajar siswa tentang sistem peredaran darah besar melalui tes tulis, jika terdapat siswa yang mempunyai nilai dibawah KKM, maka tes remidi sebagai bagian dari remidial teaching dapat dilakukan secara online. Selain itu, guru juga perlu melakukan penilaian terhadap media yang telah dikembangkan supaya dapat meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi media bagi peserta didik.
5. Performance Support Materials
PSM merupakan bagian yang juga jangan sampai terlupakan. Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dan lain sebagainya) maupun secara online (via website resemi tertentu). Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.
Pada pembelajaran fisika SMA dan Fisika dasar perguruan tinggi, misalnya pada materi medan listrik, guru dan dosen harus dapat mengukur fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dan perguruan tinggi. Misalnya, guru atau Dosen hanya perlu menyiapkan video animasi offline arus dan hambatan listrik jika sekolah, perguruan tinggi, guru, dosen, siswa dan Mahasiswa tidak mempunyai akses internet. Jika sekolah atau perguruan tinggi mempunyai akses intranet, maka guru atau dosen sebaiknya mengembangkan sumber belajar online bagi peserta didik sesuai dengan analisis kebutuhan.
Untuk memberikan gambaran tentang rancangan pembelajaran fisika berbasis blended learning, maka penulis menyajikan pengembangan rancangan pembelajaran fisika SMA dan fisika dasar perguruan tinggi dengan topik sistem medan listrik yang dapat dilihat pada lampiran.
D. Implikasi Penerapan Blended Learning pada Pembelajaran Fisika SMA dan Fisika Dasar Perguruan Tinggi
Implikasi penerapan blended learning berhubungan erat dengan kelebihan dan kekurangan blended learning itu sendiri. Kelebihan blended learning adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.
b. Pembelajaran lebih efektif dan efisien
c. Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka peserta belajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
d. Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online.
e. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain diluar jam tatap muka.
f. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik di luar jam tatap muka dapat diadministrasikan dan dikontrol dengan baik oleh guru.
g. Guru dan dosen dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet.
h. Guru dan dosen dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran.
i. Guru dan dosen dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif.
j. Peserta didik dapat saling berbagi file atau data dengan peserta didik lain.
k. Memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan,
l. Kemudahan implementasi,
m. Efisiensi biaya,
n. Hasil yang optimal,
o. Menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar,
p. Meningkatkan daya tarik pembelajaran.
Sedangkan kekurangan blended learning adalah sebagai berikut.
a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana kurang mendukung.
b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.
d. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan penerapan blended learning tersebut di atas, maka implikasi penerapan blended learning bagi guru dan dosen adalah sebagai berikut.
1. Guru dan dosen sebaiknya menguasai dan terampil menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
2. Guru dan dosen sebaiknya dapat memilah dan memilih materi yang digunakan pada pembelajaran tatap muka dan e-learning. Termasuk didalamnya pembelajaran e-learning online dan offline,
3. Guru dan dosen juga perlu mengetahui perkembangan dan kondisi peserta didiknya,
4. Guru dan dosen harus memastikan bahwa e-learning yang di akses peserta didik secara online cukup mudah, aman, dan efisien bagi peserta didik.
Kemudian, implikasi penerapan blended learning pada peserta didik adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik harus terampil menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,
2. Peserta didik harus dapat memilih dan memilah sumber belajar yang baik dan relevan dengan materi-materi yang sedang dipelajari,
3. Peserta didik perlu meningkatkan interaksi dan komunikasi dengan guru dan sesama peserta didik untuk menghindari munculnya miskomunikasi dalam proses belajar, misalnya tentang jadwal online (virtual classroom).
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian literatur dan pembahasan, maka dapat simpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Blended merupakan campuran atau kombinasi yang baik, sedangkan learning merupakan pembelajaran. Model Blended Learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.
2. Siswa pada jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi berada pada tahapan operasional formal. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.
3. Guru dan Dosen sebaiknya menguasai dan terampil menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Guru dan Dosen sebaiknya dapat memilah dan memilih materi yang digunakan pada pembelajaran tatap muka dan e-learning. Termasuk didalamnya pembelajaran e-learning online dan offline.
B. SARAN
Berdasarkan kajian literatur, pembahasan, dan kesimpulan di atas, maka beberapa hal yang kami sarankan adalah sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang kesuksesan penerapan blended learning pada pembelajaran fisika SMA dan Fisika Dasar perguruan tinggi.
2. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang upaya pengembangan desain pembelajaran dan media pembelajaran secara tatap muka, e-learning, dan m-learning pada pembelajaran fisika SMA dan fisika dasar perguruan tinggi.
3. Sebaiknya terdapat kerjasama yang baik pada setiap komponen sekolah dan perguruan tinggi (kepala sekolah, rector, guru, dosen, siswa, mahasiswa dan orang tua siswa dan mahasiwa) untuk penyelenggaraan blended learning yang aman, efektif, dan efisien.
Chaeruman,Uwes A. 5 Kunci Meramu Blended Learning secara Efektif. http://www.teknologipendidikan.net/?p=499 15/10/2010 pukul 00:07 WIB
Noer, Muhammad. Blended Learning Mengubah Cara Kita Belajar Di Masa Depan. http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning-mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan/ 15/10/2010 pukul 00:22 WIB